Merinding! Inilah Siksa Dan Kesusahan yang Di Alami Oleh Orang-Orang yang Jatuh Ke Neraka


Reportaseterkini.net - Orang-orang kafir itu berusaha keluar dari neraka dengan cara mendaki gunung. Mereka berharap dapat selamat dari penderitaan dan siksaan yang menimpa mereka, bahkan dari keputusasaan untuk selamat dari neraka. “Setiap kali mereka hendak keluar darinya (neraka) karena tersiksa, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), ‘Rasakanlah adzab yang membakar ini.’” (al Hajj: 22)

Mereka mendapatkan banyak beban kepayahan dan siksaan dalam pendakian tersebut. “Tidak bisa! Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (al-Qur’an). Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.” (al-Muddatstsir: 16-17)

Dalam memaknai ayat “Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.” Ibnu Katsir berpendapat sesuai dengan hadits dari Ibnu Abi Hatim dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dialah gunung di neraka yang membebani siapa saja yang mendakinya. Jika ia (yang mendaki) meletakkan tangannya, niscaya akan meleleh dan jika ia sampai ke atas, niscaya akan dikembalikan.” (HR Ibnu Abi Hatim, al-Bazzar dan Ibnu Jarir)

Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud “sha’uudan” adalah batu karang di neraka yang menyeret orang kafir ke atasnya dengan berjalan di atas wajahnya.
Menurut as-Suddi yang dimaksud adalah batu yang sangat licin sehingga sukar untuk didaki.

Menurut Mujahid, maksud ayat “Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan.” Adalah kesulitan karena azab.
Adapun Qatadah berpendapat bahwa maksud dari ayat tersebut adalah adzab yang tidak pernah berhenti, pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.

Penulis Ensiklopedia al-Qur’an mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah “Aku akan membebaninya dengan adzab yang menyusahkan dan menyulitkan.

Dalam Shafwah at-Tafasir, ash-Shabuni menafsirkannya dengan: Aku akan membebani dan mendatangkan kepadanya adzab yang menyulitkannya karena adzab ini akan melemahkan kekuatannya, sebagaimana lemahnya kekuatan orang yang mendaki gunung.

Al-Qurthubi juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “sha’uudan” adalah batu licin yang sulit didaki. Jika orang yang mendaki itu sudah sampai ke atas, ia akan tergelincir dan jatuh. Ia baru akan sampai ke dasarnya setelah seribu tahun.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Ash-Sha’ud adalah gunung di neraka. orang kafir mendakinya selama tujuh puluh tahun, kemudian tergelincir dan jatuh ke dalam neraka, begitu seterusnya.” (HR Turmudzi dan Hakim)

As-Suyuthi juga menafsirkan ayat tersebut dengan kesusahan atau kesulitan dari adzab atau gunung dari api. Orang kafir mendakinya untuk berusaha keluar dari neraka, tetapi jatuh lagi ke dalamnya dan kekal di dalamnya.

Dari penafsiran-penafsiran tersebut jelas bagi kita bahwa ada kemungkinan di neraka itu terdapat gunung yang digunakan untuk mengadzab orang kafir, baik ketika mendaki maupun menuruninya (tergelincir). Keberadaan gunung di dalam neraka yang disebutkan dalam hadits itu dikuatkan oleh al-Qur’an surat al-Hajj: 22.

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Maksud ayat ‘Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan’ adalah gunung dari api yang membebani orang yang mendakinya. Jika ia meletakkan kedua tangannya, niscaya akan meleleh. Dan jika ia mengangkatnya niscaya akan kembali. Jika ia meletakkan kakinya niscaya akan meleleh. Dan jika ia mengangkatnya niscaya akan kembali. Ia mendaki gunung itu selama tujuh puluh tahun, kemudian begitu juga ketika ia tergelincir.” (HR Ahmad)

Ibnu as-Saib berpendapat bahwa “sha’udan” adalah gunung dari batu yang sangat licin di dalam neraka. Gunung ini membebani atau menyusahkan orang yang mendakinya. Jika si pendaki itu telah sampai ke puncaknya, ia akan dikembalikan ke dasarnya. Dari depannya, ia ditarik dengan rantai besi, sedangkan dari arah belakangnya dipukul dengan palu besi. Lalu, ia mendaki gunung itu dengan memakan waktu selama empat puluh tahun.” [reportaseterkini.net]
Post a Comment